Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ekstensial artinya sangat erat hubunganya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan, dapat dikatakan filsafatlah yang menjadi motor penggerak kehidupan kita sehari-hari sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk suatu masyarakat atau bangsa.
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
the liang gie pengantar filsafat ilmu pdf
Untuk mengatasi semakin majunya antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.
Sebelum pembahasan lebih jauh tentang filsafat ilmu, perlu dipahami tentang makna kedua kata tersebut, sehingga pada pembicaraan selanjutnya tidak terjadi makna yang kabur dan samar sehingga akan dipahami secara komprehensif dan mendalam tentang hakikat dan makna ilmu secara filosofis.A. Pengertian Filsafat
Berdasarkan beberapa komentar yang telah dipaparkan oleh para pakar di atas, maka penulis menyimpulkan secara sederhana dan dominan bahwa filsafat itu : Filein (Mencintai) dan sophia (kebijaksanaa). Dengan demikian filsafat adalah ilmu yang mencintai dan mencari kebijaksanaan, atau pengetahuan mengenai semua hal melalui sebab-sebab terakhir yang didapati melalui penalaran atau akal budi. Ia mencari dan menjelaskan hakekat dari segala sesuatu.
Oleh karena itu Filsafat pada perisipnya adalah induk semua ilmu, demikian kata kaum filosof. Pada awalnya, cakupan obyek filsafat memang jauh lebih luas dibandingkan dengan ilmu. Keterbatasan ilmu hanya pada obyek kajian yang bersifat empiris saja, sementara obyek kajian filsafat mencakupi seluruhnya yaitu baik yang bersifat empiris maupun yang bersifat non-empiris. Dalam perjalanan selanjutnya, ilmu semakin berkembang dengan pesatnya sehingga ilmu itu sudah terlepas dari induknya dan menyebabkan tindakan ilmu semakin liar, arogan dan kompartementalisasi antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya. Dengan kondisi seperti itu, diperlukan pemersatu visi keilmuan dari berbagai disiplin ilmu. Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan diharapkan dapat berperan kembali sebagaimana fungsinya untuk mengayomi semua bidang ilmu agar dapat berjalan pada jalurnya yaitu ilmu untuk kemaslahatan manusia.
Filsafat ilmu dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (i) Filsafat ilmu dalam arti luas, yaitu menampung permasalahan yang menyangkut berbagai hubungan luar dari kegiatan ilmiah. (ii) filsafat ilmu dalam arti sempit yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan hubungan ke dalam yang terdapat dalam ilmu yaitu pengetahuan ilmiah dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.
Dengan mempelajari filsafat ilmu, maka kita akan mengetahui dan sekaligus akan menyadari bahwa pada hakekatnya ilmu itu tidak bersifat statis (tetap) namun dinamis seirama dengan perkembangan akal dan budi. Sesuatu yang dulunya dianggap sebagai ilmu yang dianutnya tetapi pada masa tertentu akan basi dan ditinggalkan karena sudah tidak sesuai dengan zaman. Disinilah perlunya kita selalu berusaha untuk mengembangkan dan sekaligus memperbaharui ilmu. Kita menyadari bahwa untuk memahami hakekat suatu kejadian atau hukum-hukum kausalitas itu tidak cukup hanya mengandal sumber daya indrawi semata (seperti dengan mata, pendengaran, penciuman, dan perasa) saja akan tetapi perlu perenungan yang sangat mendalam dengan menggunakan akal, budi dan hati (jiwa). Disinilah perlunya umat Islam berfilsafat ilmu. Bila sementara orang menganggap berfilsafat itu haram karena akan membuat manusia murtad dari ajaran Tuhan, maka sesungguhnya pandangan seperti ini perlu dilakukan kajian yang mendalam. Hal yang perlu menjadi bekal bila seseorang ingin berfilsafat adalah dasar pengetahuan yang kuat tentang berbagai hal, dan memiliki kecerdasan spiritual yang dapat menghubungkan hukum-hukum sebab akibat dan senantiasa mempunyai kedekatan hubungan dengan Sang Pencipta melalui ketaatan melaksanakan ajaran-Nya sehingga ilmunya menjadi terbimbing dan terarah.
Salah satu sub-bagian dari bagian ini adalah penjelasan tentang pengertian ilmu dan filsafat ilmu. Dijelaskan bahwa ilmu adalah bagian dari penegtahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense yang belum tersusun secara sistematis baik mengenai metafisik maupun fisik. Penulisan ini juga menyimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu sehingga filsafat ilmu perlu menjawab persoalan ontologis (esensi, hakikat, obyek telaah), epistemologis (cara, proses, prosedure, mekanisme) dan aksiologis (manfaat, guna, untuk apa).
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang koheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana sebuah kebenaran itu. Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhirya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana kebenaran itu ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Kedua, A. Cornelius Benjamin. Filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam empat bidang: (i) Logika ilmu yang berlawanan dengan epistemologi ilmu. (ii) Filsafat ilmu kealaman yang berlawanan dengan filsafat ilmu kemanusian. (iii) Filsafat ilmu yang berlawanan dengan telaah masalah filsafati dari sesuatu ilmu khusus. (iv) Filsafat ilmu yang berlawanan dengan sejarah ilmu.
Keempat, J.J.C. Smart. Filsuf ini menganggap filsafat ilmu yang mempunyai dua komponen utama yaitu: (i) bahasan analitis dan metodologis tentang ilmu. (ii) penggunaan ilmu untuk membantu pemecahan problem.
4. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu adalah Ilmu membatasi lingkup pada batasan pengalaman manusia. Hal ini sebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun kebenaran secara empiris. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian yang berada dalam lingkup pengalaman manusia. Ruang lingkup filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Filsafat memiliki perbedaan dan kesamaan dengan agama dan ilmu. Tetapidi balik kesamaan dan pernedaan tersebut, antara filsafat dengan ilmu danagama memiliki hubungan yang erat, baik dari segi konsep, teori atau historis.Dimana posisi filsafat merupakan induk bagi munculnya ilmu, pengetahuan,ilmu pengetahuan dan agama. Berdasarkan uraian mengenai perbandinganantara filsafat dengan ilmu, seni dan agama dapat dipahami bahwa sekalipunantara filsafat dengan ketiga hal yang lainnya tersebut mempunyai persamaanpersamaan tertentu, tetapi filsafat juga memiliki perbedaan dengan ketiga hal yang lainnya tersebut. Filsafat bukan agama, bukan pula ilmu (sains), dan bukan seni. Sehubungan dengan, itu antara filsafat dengan ketiga hal yanglainnya itu hendaknya tidak dipertukarkan. Filsafat merupakan kajiankeilmuan mutidisipliner, yang mampu mencakup keseluruhan bidang kajiankeilmuan, terdapat beberapa kajian yang menarik untuk diangkat menjadisebuah pembahasan dalam makalah ini, yang diantaranya berkenaan denganhubungan filsafat dengan ilmu dan agama, implementasi filsafat dalam bidangpendidikan, kajian filsafat dalam bidang manajemen pendidikan serta mengupassistem filsafat ditinjau dari input, proses dan output. 2ff7e9595c
Comments